Gue nulis di melela.org lantaran gue berpihak sama LGBT. Buat gue, berpihak sama LGBT mengandung macam-macam makna di belakangnya. Buat gue, setidaknya ada tiga.
Pertama, berpihak sama LGBT artinya berpihak pada akal sehat, bukan pada kebencian. Biasanya, netizen suka ada yang protes kalau ada orang yang berpihak sama LGBT. Terus terang, gue capek kalau masalah LGBT dikaitin sama hal-hal lain yang sebenernya nggak berhubungan, tapi dipakai oleh beberapa kelompok lain karena dapat memojokkan kelompok minoritas rentan. Misalnya, LGBT dikaitin sama HIV AIDS lah, pesta seks lah, pedofil lah, pokoknya apa yang kayaknya bakal ada di neraka jahanam pasti dikaitin sama LGBT.
Gue capek ketika kita disodorkan pada fakta sains yang kita nggak suka, lantas kita menolaknya. Menolaknya bisa pakai alasan macam-macam: agama, moral, macam-macam pokoknya. Ada kecenderungan kita hanya menerima fakta sains yang kita suka saja.
Buat gue, berpihak sama LGBT mengandung macam-macam makna di belakangnya.
Kedua, buat gue, berpihak pada LGBT artinya membiarkan seseorang menjadi dirinya sendiri. Ketika seseorang menjadi dirinya sendiri, pasti ada yang suka, ada juga yang nggak suka. Itu wajar. Tapi, ketidaksukaan tersebut tidak semata-mata membolehkan kita mengucapkan ujaran kebencian, melakukan tindakan anarkis, atau melakukan pengancaman—yang akan membuat orang lain merasa terpojok.
Ketika LGBT merasa terpojok, itu membuat mereka selalu berpura-pura. Berpura-pura dilakukan agar mereka bisa lebih diterima di masyarakat. Laki-laki yang aslinya suka sama laki-laki jadi harus pura-pura suka sama perempuan. Ketika ada kelompok masyarakat yang berpura-pura, masyarakat di sekitarnya jadi rugi. Contoh: Saat manusia berpura-pura—LGBT atau bukan—potensi dan bakat mereka yang berguna buat masyarakat luas tidak bisa berkembang dengan baik. Yang tadinya ada cowok jago nari balet, tapi karena malu kalau dikatain, dia jadi nggak nari balet. Padahal, kalau dia nerusin nari balet, mengikuti apa yang dia suka tanpa harus berpura-pura, banyak hal yang bisa diraih; seperti menjuarai lomba balet internasional membawa nama Indonesia. Yang bangga kan masyarakat Indonesia juga.
Hidupnya akan jauh lebih sehat kalau dibiarin nari balet. Dianya lebih bahagia dan dia menjalani hidupnya lebih bersemangat karena melakukan hal yang ia sukai. Dengan kata lain, ia akan lebih produktif. Ketika masyarakat kita produktif, ekonomi kuat, dan yang untung banyak.
Ketika LGBT merasa terpojok, itu membuat mereka selalu berpura-pura.
Banyak orang yang harus ‘berpura-pura’ untuk menjadi orang lain. Berpura-pura ini bentuknya beragam, dari mulai pacaran dengan seorang perempuan hanya untuk status saja, sampai menikahi perempuan agar semata-mata mereka dianggap “normal” atau bisa dapet harta warisan.
Gue nggak gitu suka kalau harus pakai kata-kata “normal”. Apa yang gue anggap normal dan apa yang dianggap normal orang lain bisa beda.
Ketiga, berpihak pada LGBT artinya saya mendukung perilaku seksual yang bertanggung jawab, matang, dan sehat. LGBT menjadi kelompok yang rentan karena sulitnya akses terhadap pendidikan seksual yang memadai. Selama ini, pendidikan seksualitas dan hubungan seksual yang aman serta sehat hanya berisi tentang pasangan heteroseksual saja. Ini menjadikan kelompok LGBT menjadi kelompok yang rentan terhadap risiko hubungan seksual.
Gue menulis cerita ini karena gue percaya akan (1) akal sehat dan logika berpikir yang bersih dari kebencian, (2) pentingnya membiarkan manusia menjadi dirinya sendiri selama itu tidak mengganggu orang lain, dan (3) perlunya akses informasi kesehatan yang setara dan adil. Jika berpihak pada LGBT artinya adalah ketiga hal itu, gue merasa telah memihak pada kebenaran.
***
Gue nggak masalah punya temen gay. Gue pun sama temen-temen gay gue suka bercanda. Kita saling suka ngatain. Tapi kalau ngatain ya bukan karena dia gay, tapi karena kelakuannya aja. Kadang kelakuan cowok-cowok, gay atau bukan, suka “Out of the box” dan menurut gue itu lucu.
Rasanya sulit kalo minta cowok-cowok berhenti bercanda tentang cowok-cowok gay. Sulit karena “bercanda” itu bisa jadi bagian dari brotherhood ke sesama cowok. Cowok straight sama cowok straight juga juga suka saling ngatain, kok. Ada temen gue yang kalo gym, angkat beban sekali aja tapi selfie-nya bisa 10 kali. Itu kalo nggak minta diketawain, lalu apa?
Kalau pun kita pernah bercanda tentang cowok gay, anggap aja itu sebagai bentuk keramahan yang mungkin elo suka atau bisa juga nggak suka. Kalau nggak suka, semoga jangan marah, bercandain balik lagi aja. Loe bisa ngatain selera baju kita yang nggak jauh-jauh dari celana cargo, kemeja kotak-kotak, atau sendal Crocs.
Gue merasa telah memihak pada kebenaran
Minta ke sesama cowok untuk nggak saling ngatain sama kaya kita minta cowok-cowok gay untuk berhenti naksir sama cowok-cowok straight. Susah, kan?
Menurut gue, “cowok kebanyakan” biasanya antara takut dan nggak takut kalau ditaksir sama cowok gay. Di satu sisi, cowok bisa aja takut ditaksir gay karena takut dianggap gay juga dan ini bisa bikin dia malu di lingkungannya, tapi di sisi lain, ada juga cowok yang bangga kalo bisa ditaksir gay karena ada anggapan bahwa cowok itu belom ganteng kalo belom ditaksir sama gay.
***
Victor Kamang menamatkan pendidikan sarjana di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sewaktu duduk di bangku SMU Lab School Jakarta, cowok ganteng berzodiak Gemini ini sempat meraih peringkat 2 lomba gambar se-Indonesia yang diselenggarakan oleh Departemen Pemukiman dan Transmigrasi. “Dapet piala gede banget tapi hadiah uangnya diambil sama sekolah, untuk uang pembinaan katanya. Sialan, hahaha…” ujarnya sambil tertawa. Sapa Bang Victor melalui akun Twitter @Victorkamang.
BE A HERO, PARTICIPATE! Anda dapat berbagi pengalaman terkait dengan komunitas LGBT Indonesia. Kirimkan cerita Anda ke contact@melela.org dan temukan langkah-langkah pengiriman kisah di menu Share Your Story yang terdapat di bagian atas halaman ini. Kisah Anda akan menjadi bukti nyata akan masyarakat Indonesia yang inklusif dan berpikiran terbuka.
BUTUH BANTUAN? Jika Anda orangtua yang ingin memahami anak Anda, kunjungi halaman Parents Guide yang terletak di menu navigasi di bagian atas halaman ini. Halaman Parents Guide menyediakan informasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan orangtua, seperti “Bagaimana membuka dialog pertama setelah anak melela?” dan masih banyak lagi.
No Responses to “Victor Kamang Rela Dicela Balik”