Banyak yang menyangka mereka yang berprofesi sebagai model sudah pasti memiliki penampilan fisik yang sempurna. Namun, model sekalipun, bukan tidak mungkin pernah merasa tidak nyaman dengan kondisi fisiknya. Kondisi fisik adalah bawaan lahir yang sulit untuk diubah. Saya pernah tidak merasa nyaman dengan bentuk hidung saya. Kecil dan pendek sekali. Jika dibandingkan dengan model-model lain, bentuk hidung mereka jauh lebih proporsional daripada saya.
Butuh proses untuk saya bisa menerima bahwa diri saya dilahirkan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Ada orang yang yang bisa dengan cepat menerima ini dan berdamai dengan diri sendiri, tetapi ada pula yang membutuhkan waktu lebih. Berdamai dengan diri sendiri adalah sebuah proses yang spiritual, oleh karena itu, setiap orang berhak menentukan kapan dan berapa lama ia menyelesaikan proses tersebut.
Berdamai dengan diri sendiri adalah sebuah proses yang spiritual, oleh karena itu, setiap orang berhak menentukan kapan dan berapa lama ia menyelesaikan proses tersebut.
Bagi saya, berdamai dengan diri sendiri membantu saya untuk memikirkan langkah apa yang bisa saya lakukan untuk menyiasati situasi tersebut. Misalnya, karena bentuk hidung saya, artinya, ketika di depan kamera arah wajah harus sedikit menyerong dari lensa kamera untuk memberikan dimensi pada wajah. Setiap keterbatasan, pasti ada jalan keluarnya.
***
Kisah di atas mungkin mirip seperti apa yang dialami teman-teman LGBT saya. Dilahirkan berbeda, pasti tidak mudah. Namun, ketika seseorang sudah dapat menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya, ini memudahkan langkah kita untuk merancang rencana ke depan. Seseorang tidak bisa memilih dilahirkan sebagai LGBT atau bukan, tetapi kita selalu punya pilihan bagaimana kita akan menyikapinya.
Setiap keterbatasan, pasti ada jalan keluarnya.
LGBT sudah menjadi bagian hidup saya sampai hari ini. Tidak hanya di dunia modeling, sedari kecil, orangtua saya sudah mengharuskan saya memperluas cakrawala. Baik itu dengan menonton film atau baca buku. Film dan karya-karya penulisan bisa menjadi referensi saya dalam berpikir dan melihat situasi. Tidak sedikit, film dan buku yang saya tonton memiliki corak LGBT. Dari situ, saya mulai berpikir dan memahami tentang kelompok masyarakat yang ini. “Oooh.. ada juga, ya…” pikir saya waktu itu
Jadi, ketika masuk di dunia modeling, saya tidak merasa canggung lagi menghadapi mereka. Bahkan, saya melihat bagaimana kiprah LGBT Indonesia dalam memajukan industri mode lokal. Tanpa mereka, industri mode Indonesia tidak akan bisa sebesar sekarang. Profesi mereka beragam, dari mulai make up artist, stylist, desainer, model, sampai stage director. Saya juga melihat, menjadi gay bukan berarti pasti memiliki profesi yang bersifat feminin dan pembawaan diri yang feminin pula.
Saya melihat bagaimana kiprah LGBT Indonesia dalam memajukan industri mode lokal.
Di dunia televisi, kini saya juga dipertemukan dengan LGBT dari berbagai latar belakang kiprah. Ada musisi, wartawan, floor director, produser—mereka adalah orang-orang yang telah menemukan cara untuk berkontribusi ke masyarakat sekaligus memberikan mereka kebahagiaan, kepuasan, dan tujuan. Mereka juga manusia, sama seperti saya. Berada di lingkungan pekerjaan bersama mereka membuat hari-hari saya lebih berwarna. Bahkan, saya suka kagum dengan cara mereka bekerja dan hasil pekerjaan mereka. Jika ada skala satu sampai sepuluh, mungkin LGBT bisa dapat 11 atau 12. Mereka selalu total dalam melakukan pekerjaannya.
Di dunia televisi, kini saya juga dipertemukan dengan LGBT dari berbagai latar belakang kiprah. Ada musisi, wartawan, floor director, produser—mereka adalah orang-orang yang telah menemukan cara untuk berkontribusi ke masyarakat
Dalam perjalanan hidup, kita akan bertemu banyak kesempatan yang menuntut kita untuk berevolusi dan mengubah diri. Menurut saya, ini adalah proses kehidupan. Saat kesempatan-kesempatan itu datang, tantangannya adalah untuk tetap bisa menjadi diri sendiri. Be authentic to yourself. Kita harus nyaman menjadi diri sendiri, tetapi bukan berarti kita bisa seenak-enaknya. Pada suatu titik, kita harus sadar bahwa seorang manusia nggak bisa menyenangkan semua orang.
***
Dominique Diyose menutuskan untuk fokus di dunia modeling semenjak masih bersekolah di SMU Gonzaga. Di dunia modeling, Dominique mendapatkan penghargaan sebagai best female model 2009 oleh salah satu majalah ibukota. Saat ini Dominique Diyose merambah ke dunia televisi dengan membawakan acara Entertainment News di NET TV. Penggemar kisah ‘The Boy in Striped Pyjamas’ karya John Boyne ini juga membintangi film ‘Guardian’ yang rilis akhir April 2014.
BE A HERO, PARTICIPATE! Anda dapat berbagi pengalaman terkait dengan komunitas LGBT Indonesia. Baca langkah-langkah pengiriman kisah di menu Share Your Story. Kisah Anda akan menjadi bukti nyata akan masyarakat Indonesia yang inklusif dan berpikiran terbuka.
No Responses to “Dominique Diyose Memahami LGBT Melalui Buku dan Film”