APA YANG DAPAT ORANGTUA KETAHUI SAAT PERTAMA KALI MENGETAHUI KEADAAN ANAK:
- Menggunakan anggapan bahwa “anak Anda memilih untuk menjadi LGBT” adalah sebuah ungkapan yang tidak selalu tepat karena bisa menggiring Anda memahamami seksualitas dan ekspresi gender yang berpotensi mempersulit hubungan orangtua dan anak.
- Tidak ada manusia yang memilih seksualitas seperti seseorang sedang memilih pakaian yang hendak dikenakan hari ini. Bagi sebagian anak, mereka merasa bahwa LGBT bukanlah sebuah pilihan, bagian dari diri mereka, bahkan merasakan diri mereka sudah terlahir berbeda sedari kecil.
- Hindari terlalu mencari-cari sebabmusabab memiliki anak LGBT karena alasannya bisa sangat rumit. Lebih baik, fokuskan kepada hal-hal positif yang bisa dilakukan untuk anak Anda hari ini dan masa depannya.
- Berikan ruang kepada anak Anda untuk memahami jati diri dan identitas mereka. Dibutuhkan kesabaran orangtua untuk memberikan ruang ini.
- Setelah mengetahui keadaan anak, tanyakan hal yang ingin Anda tanyakan, tetapi bersabarlah jika tidak mendapatkan respon yang Anda harapkan.
- Seksualitas salah satu anak Anda belum tentu mempengaruhi orientasi seksual anak Anda yang lain.
Ketika anak berani melela kepada orangtua, apakah saya boleh menayakan tentang seksualitasnya lebih lanjut?
Setelah anak mulai berani mengutarakan tentang dirinya, orangtua tidak hanya disarankan untuk menanyakan, tetapi juga untuk berdiskusi dengan mereka secara terbuka dan santai. Menanyakan pertanyaan artinya Anda peduli pada anak dan ingin memahaminya lebih baik. Inilah dua hal yang akan menjadikan Anda orangtua yang lebih baik.
Tentu saja, usaha ini tidak selalu membuahkan hasil seperti apa yang Anda inginkan, bahkan kemungkinan besar anak Anda akan merasa canggung untuk membahasnya dengan Anda karena merasa privasinya terusik. Namun, ketika ingin membuka percakapan dengan anak, ingatlah hal-hal berikut ini: (1) sampaikan apa yang Anda rasakan, (2) sampaikan pula alasan Anda ingin memahami situasi anak Anda, dan (3) selalu berikan ruang bagi anak untuk memahami dirinya lebih baik serta melakukan persiapan untuk hal tersebut. Mereka mungkin tidak langsung menyambut pertanyaan Anda dengan baik, tetapi ketika orangtua menunjukkan tiga hal di atas dengan konsiten, Anda mendorong anak untuk mengapresiasi niat Anda di kemudian hari.
Cara paling tepat membuka pertanyaan adalah dengan menyampaikan bahwa Anda memiliki beberapa pertanyaan dan ingin menanyakannya kepada anak. Bukalah percakapan dengan, “Apakah kamu keberatan jika Ibu (atau Ayah) menanyakan beberapa pertanyaan?” atau “Apakah boleh jika Ibu (atau Ayah) mendiskusikan beberapa hal kepada kamu?” Setelah mendapatkan respon positif dari anak, Anda bisa mengajukan pertanyaan yang lebih spesifik, seperti, “Ibu (atau Ayah) ingin tahu apa kamu akan nyaman jika Ibu (atau Ayah) bertanya kapan kamu menyadari bahwa kamu berbeda. Ini akan membantu Ibu (atau Ayah) memahami kamu lebih baik.” Jika anak Anda bersemangat untuk menceritakannya kepada Anda, ini adalah sebuah kabar baik yang patut diapresiasi karena ini adalah awal sebuah dialog yang akan mendekatkan hubungan orangtua dan Anak.
Namun, jika anak Anda tidak serta-merta menyambut baik pertanyaan Anda, bersabarlah dan coba kembali di lain waktu. Berilah ruang untuk Anda dan anak Anda untuk menyesuaikan diri dan merasa nyaman karena teritori diskusi ini adalah sebuah teritori yang baru bagi kedua belah pihak. Di akhir pembicaraan, sampaikan bahwa Anda ingin anak Anda merasa nyaman dengan orangtuanya dan mereka selalu bisa datang untuk berbicara kapan saja kepada Anda di masa depan. Anda pun bisa menyapaikan keterbukaan Anda jika anak Anda ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Anda terlebih dahulu sebelum ia merasa nyaman membuka percakapan mengenai seksualitasnya dengan Anda.
Jika Anda mendapatkan reaksi yang menandakan kemarahan, ketidaknyamanan, atau keraguan, ini adalah reaksi-reaksi yang wajar pula. Ini tetap menandakan bahwa anak Anda sudah setengah jalan menuju rasa nyaman dengan jatidirinya, tetapi masih membutuhkan waktu untuk membicarakan mengenai hal-hal tertentu. Cobalah menunggu beberapa bulan dan tanyakan kembali apakah anak Anda sudah merasa lebih nyaman dan Anda sudah bisa menanyakan hal yang ingin Anda tanyakan. Lihat apakah ada perubahan dari dirinya menjawab niat Anda. Menjawab pertanyaan yang belum terjawab sangatlah penting bagi Anda dan kami menyarankan Anda mendapatkan jawaban tersebut langsung dari anak Anda. Hindari membiarkan pertanyaan terlupakan dan tidak terjawab. Biasanya, dengan memberikan anak Anda ruang dan waktu untuk merasa nyaman dengan jatidirinya dan hubungan Anda, ia akan mulai terbuka kepada orangtuanya.
Apakah menjadi LGBT adalah sebuah pilihan?
Penting untuk berhati-hati jika membicarakan orientasi seksual sebagai sebuah “pilihan”. Kata ini adalah sebuah kata dengan risiko makna yang sempit untuk mendeskripsikan sebuah pengalaman yang kompleks. Misalnya, dengan “pilihan” pakaian yang ada di lemari, kita bisa “memilih” pakaian apa yang akan kita kenakan hari ini. Namun, kita tidak bisa “memilih” orientasi seksual apa yang akan kita jalani pada hari ini. Apakah Anda pernah berada di situasi harus memilih satu orientasi seksual dari semua pilihan orientasi yang tersedia? Mungkin tidak. Seksualitas bukanlah sebuah pilihan. Inilah yang dimaksud dengan risiko pemaknaan sempit yang terkandung dari kata “pilihan”.
Bagi sebagian orangtua, anggapan orientasi seksual adalah sebuah pilihan mendorong beberapa pertanyaan lanjutan, seperti, “Apakah saya bisa membantu anak saya mengubah pilihan orientasi seksualnya?” atau “Apakah anak saya memilih untuk menjadi gay?” Pemahaman orientasi seksual sebagai pilihan berpotensi untuk menggiring Anda memahami seksualitas tidak dengan kacamata yang tepat.
Bagi orangtua yang ingin tahu bagaimana rasanya memiliki orientasi seksual yang berbeda, beberapa anak sudah merasakannya semenjak ia bisa mengingat, mereka bisa merasakannya sebagai bagian dari DNA dan fitrah mereka bagai manusia. Dengan kata lain, mereka terlahir berbeda. Ada pula yang mulai merasakan ketertarikan seksual ketika hormon di tubuhnya mulai matang di usia remaja dan informasi yang ia temukan dari lingkungan sekitarnya mendorongnya untuk membuka jati diri yang sesungguhnya. Dalam konteks ini, informasi yang dia terima tidak mengubah dirinya, melainkan ia hanya semakin ‘menjadi dirinya sendiri’.
Bagamana pun perasaan yang dialami anak Anda, tidak ada cara sederhana untuk menjelaskan cara kerja otak manusia yang kompleks karena setiap manusia memiliki cara kerja otak yang berbeda. Langkah paling tepat adalah dengan menanyakannya kepada anak Anda kapan ia merasakan ketertarikan dengan orang lain. Ia mungkin akan menjawab bahwa ia mengetahuinya semenjak umur tiga tahun, atau mungkin juga ia tidak terlalu memikirkannya sampai menginjak usia remaja. Namun, bagaimana pun cara ia sampai pada kesimpulan akan pemahaman akan dirinya, pemahaman yang anak Anda rasakan adalah valid, nyata, dan sah.
Bagi para orangtua yang ingin mengetahui apakah seksualitas bisa diubah, jawabannya adalah tidak mudah dan mengandung risiko yang besar. Sama seperti Anda tidak bisa mengubah bagaimana cara kerja otak manusia dan bagaimana hati dan tubuh Anda berinteraksi dengan lingkungan sekitar, begitu juga dengan identitas seksual anak Anda. Penyangkalan sesuatu yang menjadi bagian dari fitrah manusia dapat mengakibatkan munculnya rasa diasingkan, ketidakbahagiaan, dan konflik batin. Anak anda, bagaimanapun identitasnya, adalah anak Anda. Semua jengkal tubuh, keinginan, dan ketertarikannya adalah bagian dari dirinya yang tidak bisa dipisahkan.
Apakah ini adalah sebuah fase?
Kebanyakan dari kita melewati tahapan yang berbeda dalam kehidupan, dari mulai selera musik, selera makanan, cara berpakaian, sampai kriteria orang yang menarik perhatian. Seseorang bisa tertarik pada orang lain beradasarkan kriteria fisik, personalitas, kegemaran, sampai kemapanan finansial. Manusia tumbuh, berkembang, dan berubah. Namun, ketika menyoal seksualitas, setiap manusia memiliki perjalanan yang berbeda. Hal yang harus difokuskan adalah apa yang anak Anda rasakan saat ini.
Berikan keleluasaan bagi anak Anda untuk melakukan perjalanan hidup yang akan memperkaya khazanah dan pemahaman akan dirinya. Berikan mereka ruang untuk melakukan kesalahan, mencoba gaya rambut baru, atau jatuh cinta. Karena Anda menjadi saksi langsung perjalanan hidup mereka, mungkin sulit untuk tidak memiliki harapan bahwa anak Anda akan memiliki masa depan yang Anda inginkan. Namun, pastikan anda memberikan apresiasi terhadap jati diri mereka dan bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri. Mungkin anak Anda akan memiliki masa depan sesuai dengan apa yang Anda harapan, tetapi mungkin pula anak Anda merasa lebih bahagia dengan masa depan yang lain.
Apakah ini salah saya?
Mempertanyakan siapa yang bisa disalahkan menegaskan bahwa ada yang keliru dari sesuatu yang menjadi bagian dari fitrah anak Anda sebagai manusia. Seperti yang sudah dibahas di pertanyaan sebelumnya, pengalaman seksualitas dan pemahaman seseorang akan dirinya bisa berbeda-beda. Beberapa orangtua lantas mengingat-ingat kembali apa yang pernah ia lakukan kepada anaknya, seperti mainan apa yang ia sempat belikan kepada anaknya, pakaian apa yang ia pasangkan, sampai siapa saja teman-teman yang diizinkan bermain dengannya. Lalu, jika mereka sudah berhasil menuliskan daftar berisi apa saja yang mungkin mungkin mempengaruhi orientasi seksual anaknya, daftar itu pun tidak bisa mengubah orientasi seksual yang sudah terbentuk. Penting untuk diketahui, pada tahap ini, mengetahui apa yang mungkin menyebabkan anak Anda memiliki identitas seksual yang berbeda bukan jaminan Anda sebagai orangtua yang baik, tetapi memberikan dukungan dan penerimaan adalah langkah-langkah yang jauh lebih penting yang bisa Anda lakukan kepada anak Anda.
Tidak ada salahnya menciptakan dialog dengan menanyakan pertanyaan selama tidak menyiratkan bahwa salah satu hal yang menjadi fitrah anak Anda adalah sebuah kesalahan. Hindari mengajukan pertanyaan seperti, “Apakah kamu begini karena salah Ibu (atau Ayah)?” atau “Apakah ibu (atau Ayah) melakukan kesalahan dalam mendidik kamu?” Cobalah membingkai percakapan dengan lebih positif dengan mengatakan, “Ibu (atau Ayah) ingin mengetahui sejak kapan kamu mulai merasakan hal ini. Apakah ini adalah hal yang sudah lama kamu rasakan atau disebabkan karena pengalaman tertentu?”
Jika anak bersedia menjawab pertanyaan Anda secara terbuka, artinya Anda berhasil membuka kesempatan untuk mempelajari lebih banyak tentang anak Anda dan bagaimana ia merasakan identitasnya. Ini akan membantu Anda menghilangkan rasa bersalah. Namun, jika anak Anda belum siap untuk menjawab pertanyaan Anda, bersabarlah. Akan tiba masanya ia akan menjadi lebih siap untuk membicarakan hal yang bersifat sangat pribadi dengan lebih terbuka. Untuk sekarang, fokuskan pada hal-hal positif lain dari anak Anda.
Jika memiliki seorang anak gay, mungkinkah saya memiliki anak lain yang gay pula?
Mungkin saja, tetapi ini bukanlah hal yang bisa diprediksi orang lain selain anak yang bersangkutan. Terdapat banyak kakak beradik yang memiliki kecenderungan seksualitas yang berbeda. Sama seperti jika seorang anak Anda memiliki kegeramaran berolahraga, tetapi anak Anda yang lain bisa memiliki kegemaran berkesenian, begitu juga halnya dengan seksualitas mereka.
Terdapat beberapa orangtua yang merasa bahwa hanya karena salah satu anak mereka gay, mereka merasa ada kemungkinan bahwa anak mereka yang lain juga terlahir dengan fitrah sebagau gay. Sebenarnya, tidak sesederhana itu jika melihat kecenderungan seksualitas. Menyampaikan keadaan salah seorang anak Anda kepada anak-anak yang lain pun juga tidak akan mengubah jati diri mereka. Justru, menghargai kejujuran dan menjadi terbuka serta menerima keberbedaan yang dimiliki masing-masing anggota keluarga akan memudahkan anak yang lain jika ada dari mereka yang juga terlahir berbeda.
Pastikan Anda menghargai anak-anak Anda dan memperlakukan mereka dengan setara. Beberapa keluarga memiliki lebih dari satu anak yang terlahir berbeda; tetapi ada pula keluarga dengan enam anak tetapi hanya satu dari mereka yang terlahir sebagai seorang LGBT. Tidak ada cara yang pasti mengetahui kemungkinan Anda memiliki anak lain yang terlahir berbeda jika salah satu dari mereka sudah mengidentifikasikan identitas mereka sebagai LGBT.
Melela kepada orangtua akan menjadi bertambah sulit jika seorang anak mengetahui bahwa salah satu saudara mereka telah melela terlebih dahulu. Di beberapa keluarga, banyak anak yang merasa takut untuk mengutarakan jati dirinya karena ini akan membuat orangtua merasa hidup mereka terbebani dengan memiliki lebih dari satu anak yag terlahir berbeda. Tugas Anda adalah meyakinkan bahwa jatidiri anak mereka bukanlah beban orangtua. Jika Anda menyampaikan bahwa Anda merasa bersyukur memiliki anak lain yang tidak terlahir berbeda, ini malah akan menutup semua pintu komunikasi dengan anak-anak Anda. Ciptakan situasi keluarga yang inklusif dengan ekspresi bahasa yang inklusif pula.
Terima kasih Anda sudah membaca bagian Reaksi Pertama Orangtua. Di bawah ini adalah beberapa bagian lain yang bisa Anda baca jika membutukan informasi lebih lanjut:
No Responses to “Reaksi Pertama Orangtua”