APA YANG DAPAT ORANGTUA KETAHUI KETIKA ANAK MELELA
- Bukan tidak mungkin anak Anda menyadari keberbedaan identitas mereka dan ingin membicarakannya kepada Anda, orangtuanya. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian untuk membicarakannya kepada anak. Kesabaran dan bersikap suportif adalah dua hal yang akan mengikis rasa takut Anda. Dua hal tersebut juga akan memberikan kenyaman kepada anak untuk lebih terbuka dan jujur kepada orangtuanya.
- Bangun situasi rumah yang terbuka dan ramah terhadap orang-orang dengan beragam identitas dan latar belakang.
- Ciptakan pola asuh yang konsisten. Identitas anak Anda bukanlah alasan untuk mengubah drastis pola hubungan anak dengan orangtua yang sudah terbangun.
- Berikan keleluasaan anak untuk melakukan hal yang ia sukai dan berekspresi dengan cara yang ia anggap aman.
Apa yang dimaksud dengan melela?
Kata melela dapat digunakan sebagai padanan kata Inggris coming out, yakni aktivitas LGBT ketika membuka dirinya pada lingkungan sekitar. Kata /melela/ sempat digunakan penulis Pramoedya Ananta Toer di dalam novelnya berjudul Bukan Pasarmalam yang terbit pada 1951. Kata /melela/ bermakna ‘menunjukkan diri dengan cara yang elok.’ Merujuk pada makna tersebut, kata /melela/ dapat digunakan sebagai padanan kata Inggris “coming out”.
Saya merasa anak saya mungkin adalah seorang gay (atau lesbian, atau biseksual). Apa yang bisa saya lakukan?
Banyak orangtua merasa mereka merasa anaknya memiliki kecenderungan yang berbeda dari yang lain melalui beberapa faktor, seperti pilihan mainan yang disukai anak, cara berpakaian, dan perilaku anak ketika sedang bersama orang tertentu. Namun, penting untuk disampaikan bahwa menarik kesimpulan berdasarkan perilaku dan ketertarikan adalah hal yang kompleks. Apakah benar anak laki-laki yang memiliki kecenderungan bermain dengan boneka akan tumbuh menjadi seorang gay ketika dewasa? Anggapan ini tidak selalu benar. Banyak pula anak-anak lelaki yang bermain boneka semenjak kecil tumbuh sebagai seorang heteroseksual. Ada pula anak wanita yang tidak suka mengenakan gaun, lebih suka bermain di lapangan, dan tumbuh sebagai homoseksual. Namun, ada pula anak wanita yang memiliki kecenderungan yang sama tetapi tumbuh sebagai wanita dewasa dengan kecenderungan ketertarikan kepada laki-laki. Kombinasi antara ekspresi gender dengan orientasi seksual seseorang sangatlah kompleks. Ketika mengamati perkembangan anak, ingatlah bahwa ketertarikan akan mainan tertentu dan selera berpakaian tidak selalu menandakan kecenderungan orientasi seksual.
Ketika melibatkan anak Anda, terdapat tiga prinsip yang harus dikedepankan, yakni: dukungan, inklusivitas, dan dialog terbuka. Menanyakan langsung ke anak mengenai orientasi seksualnya dapat membuat anak merasa terpojok. Oleh karena itu, daripada menanyakan anak Anda secara langsung, pastikan anak memahami bahwa dirinya memiliki orangtua yang terus memberikan dukungan dan menyayanginya tanpa syarat.
Ada pun beberapa langkah yang bisa Anda lakukan adalah:
- Membuka percakapan bahwa terdapat berbagai macam bentuk keluarga di dunia. Satu keluarga bisa terdiri tidak hanya atas bapak, ibu dan anak, tetapi juga satu anak dan satu ibu, satu anak dan satu ayah, satu anak dan dua ayah, dan satu anak dengan dua ibu. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, anak Anda akan terekspos dengan informasi tersebut. Tidak ada salahnya membahasnya dengan orangtua.
- Banyak orangtua berpendapat bahwa seorang anak yang belum dewasa artinya belum tepat mendiskusikan seksualitas. Mereka masih terlalu muda dan mungkin belum dapat memahaminya. Namun memahami seksualitas kepada anak dapat dimulai dengan menekankan pada aspek kasih sayang antara dua manusia. Misalnya, sedari dini, seorang anak sudah mengetahui bahwa seorang pria bisa menyayangi seorang wanita. Dengan begitu, Anda menjelaskan bahwa dua manusia bisa saja timbul rasa sayang tanpa harus membahas mengenai seksualitas. Begitu pula dengan membahas mengenai identitas manusia sebagai gay, orangtua dapat menjelaskan kemungkinan seorang pria jatuh cinta dengan pria lain tanpa harus membahas muatan seksual.
- Jangan batasi anak untuk berekspresi dengan penampilannya dan bermain dengan mainan yang ia sukai. Menekankan bahwa “Terdapat beberapa permainan yang diciptakan khusus untuk anak laki-laki dan anak perempuan” akan menimbulkan pemahaman konstruksi gender yang kaku dan ini akan menanamkan perasaan bersalah atas hal yang mereka sukai.
- Jujurlah akan kemungkinan reaksi yang timbul. Misalnya, ketika seorang anak lelaki lebih menyukai bermain boneka, sampaikan bahwa ada kemungkinan munculnya ejekan dari teman-teman, kemungkinan tidak disukai, tetapi pastikan juga bahwa orangtua akan berdiri di belakang mereka. Pastikan mereka nyaman membicarakan perasaan mereka akan reaksi yang mungkin timbul dan jadikan ini sebagai pengalaman bersama antara orangtua dan anak.
Anak saya baru saja melela, apa yang bisa saya sampaikan kepada mereka?
Adalah hal yang wajar jika Anda tidak mengetahui apa yang harus Anda lakukan dan merasa bingung. Ini adalah sebuah perjalanan hidup, tidak hanya anak Anda, tetapi juga Anda sebagai orangtua. Jangan pernah takut untuk mengatakan hal yang salah di saat yang tidak tepat. Jika Anda tidak pernah memiliki seorang anak yang dilahirkan berbeda sebagai LGBT sebelumnya, ini semua adalah hal yang baru bagi Anda. Namun, ketika anak pertama lahir, Anda pun belum pernah mendapatkan pengalaman langsung bagaimana mengasuh seorang bayi, menghadapi ketika anak pertama kali masuk sekolah, dan belum pernah mendapatkan pengalaman menghadapi seorang anak remaja. Menjadi orangtua penuh dengan segudang ‘pengalaman pertama’ dan terkadang pengalaman ini bisa menorehkan keberhasilan dan kegagalan. Hubungan Anda dan anak Anda akan selalu berevolusi.
Setelah melela, mengatasi ketakutan dan membiasakan diri untuk membicarakan hal yang sebelumnya tidak pernah dibicarakan adalah langkah awal untuk menciptakan dialog antara Anda dan anak. Misalnya, ketika Anda mengetahui anak lelaki anda menyukai seorang pria, Anda bisa menanyakan dengan santai, “Dia teman atau ‘teman’ hayoo?” sambil mengusap bahunya. Mungkin anak Anda akan malu, tetapi ada hal lain yang Anda sampaikan, yakni sikap Anda yang menerima dan mencintainya tanpa syarat. Di samping itu, dengan mampu mengadakan dialog yang sehat, Anda menyampaikan bahwa hubungan Anda tidak akan berubah walaupun ia memiliki identitas yang berbeda dengan Anda.
Jika Anda adalah orangtua yang tidak membahas kehidupan pribadi anak, jangan membebani diri Anda untuk segera mengubah pola hubungan dengan anak. Anak Anda menginginkan sebuah konsistensi. Jangan jadikan identitas anak sebagai ganggunan atas cara Anda berinteraksi dengan anak Anda yang selama ini sudah terbangun.
Anak Anda masih menjadi anak Anda. Ia masih menjadi anak yang sama seperti sebelum ia melela dan mengungkapkan identitasnya dengan jujur. Ia masih memiliki isi kepala, hati, dan mata yang sama seperti apa yang Anda kenal sebelumnya. Namun, karena anak Anda mulai merasa nyaman, ia mungkin akan mulai menunjukkan identitas dan ketertarikan yang sesuai dengan jati dirinya yang tidak Anda ketahui sebelumnya. Ini semua tidak mengubah fakta bahwa ia adalah anak yang Anda kenal dan cintai. Berikan kesempatan kepada diri Anda untuk menyesuaikan diri pada sesuatu yang baru, dan semakin sering Anda membiasakan diri untuk menciptakan dialog, semakin mudah Anda melewati proses ini
Saya tidak sengaja mengetahui kalau anak saya seorang gay. Saya harus bagaimana?
Mengetahui bahwa anak Anda memiliki identitas seksual yang berbeda ibarat membuka kado ulangtahun lebih cepat dari hari ulangtahun. Anda terjebak dalam situasi “Mengetahui apa yang seharusnya belum Anda ketahui” dan situasi ini haruslah ditangani dengan cermat. Anda mungkin tidak menyangka akan mendapatkan informasi tersebut dan tidak tahu ke mana Anda harus berpaling. Atau, Anda mungkin khawatir melakukan pendekatan yang salah dan akan menyebabakan anak Anda semakin tertutup kepada Anda. Anda pun mungkin merasa kecewa karena anak Anda telah menyembunyikan sesuatu dari Anda.
Bagi kebanyakan orangtua, ini bukanlah situasi yang mudah. Luangkan waktu yang cukup untuk memikirkan langkah apa yang akan Anda ambil. Sama seperti hal-hal lainnya dalam hidup, memberikan reaksi spontan yang emosional bukanlah jalan yang terbaik, walaupun Anda tidak bermaksud demikian.
Cobalah menghargai keputusan anak Anda untuk merahasiakannya kepada Anda. Keputusan anak Anda untuk merahasiakannya kepada Anda bukanlah gambaran kualitas Anda sebagai orangtua dalam mengasuhnya.
Langkah Anda selanjutnya tergantung pada bagaimana hubungan Anda dengan anak Anda. Jika Anda memilih untuk membicarakannya langsung atau menunggu sampai anak Anda nyaman, terdapat beberapa poin yang dapat Anda perhitungkan.
Jika Anda memilih untuk membicarakannya:
- Pastikan anak Anda mengetahui bahwa Anda tidak sengaja mengetahuinya. Anda tidak pernah bermaksud menyelinap, diam-diam mencari tahu, dan membongkar rahasianya. Mempertahankan kepercayaan anak kepada orangtua adalah kuncinya.
- Pastikan Anda mengatakan bahwa Anda tetap mencintainya. Terkadang, menyampaikannya hanya satu kali tidaklah cukup. Anak perlu diyakinkan.
- Berikan anak Anda ruang untuk menyampaikan tanggapannya. Ia mungkin akan merasa marah pada awalnya atau menolak membicarakannya kepada Anda. Berikan pemahaman bahwa tidak ada tekanan untuk membicarakan hal yang belum siap untuk dibicarakan dan jika anak Anda sudah siap, Anda akan siap pula untuk mendengarkannya.
Jika Anda memilih untuk menunggu sampai anak Anda nyaman membicarakannya kepada Anda:
- Pastikan Anda memiliki pihak lain untuk mengutarakan kegelisahan Anda. Anda tidak harus menyapaikannya kepada semua orang, cukup hanya satu atau dua sahabat dan kerabat dekat. Pastikan pihak tersebut tidak akan membicarakannya kepada pihak lain dan mendorong anak Anda untuk melela sebelum benar-benar siap.
- Pastikan anak Anda terus memiliki privasi. Anda mengetahui sesuatu yang tidak seharunya Anda ketahui dan mungkin Anda ingin mengetahui lebih banyak. Ini adalah situasi yanh tidak mudah, tetapi dengan terus menghargai privasi anak Anda, hubungan Anda akan terus kuat dan memudahkan Anda untuk terus melangkah ke depan.
- Berikan tanda-tanda kecil bahwa Anda menerima identitas anak Anda. Misalnya, mulailah berbicara mengenai hak asasi manusia ketika berdua dengannya. Anda pun dapat berbicara mengenai kejadian terkini mengenai LGBT kepada anak Anda, dan secara tersirat, sampaikan bahwa Anda tidak memiliki masalah mengenai hal ini.
- ika suatu saat anak Anda merasa nyaman untuk membicarakannya dengan Anda, jujurlah kepadanya. Jangan berpura-pura Anda tidak pernah mengetahui sebelumnya. Sampaikan bahwa Anda tidak sengaja mengetahui hal ini sebelumnya tetapi Anda memutuskan untuk menunggu sampai anak Anda benar-benar nyaman untuk membicarakannya.
- Baca terus halaman ini.
Anak saya mungkin memiliki identitas seksual yang berbeda, tetapi ia belum membicarakannya kepada saya. Haruskah saya menanyakannya?
Anda mungkin menyadari adanya perubahan sikap, melihat sesuatu yang anak Anda tampilkan di media sosial, atau mulai merasakan ada sesuatu yang lebih dari pertemanan anak Anda dengan sahabatnya. Ada kemungkinan Anda memiliki asumsi yang tepat, tetapi tetapi mungkin juga tidak tepat. Jika Anda menanyakannya langsung kepadanya, besar kemungkinan anak Anda akan merasa dirinya sedang diperiksa, dan memperjelas bahwa anak Anda beda dari yang lain. Ini malah akan membuat dirinya merasa terpojok dan tidak nyaman.
Salah satu bagian penting proses melela adalah memiliki keleluasaan menyampaikan identitas mereka kepada orang-orang yang membuatnya nyaman. Oleh karena itulah, langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah memberikan anak Anda ruang untuk merasa nyaman dengan Anda sehingga ia bisa merasa aman membicarakan identitasnya dengan Anda. Jika anak Anda belum benar-benar yakin akan identitasnya, menanyakan identitasnya dapat membuat anak Anda merasa tertekan, marah, dan semakin bingung.
Walaupun disampaikan dengan begitu tenang dan santai, menanyakan sebuah pertanyaan yang belum siap untuk dijawab dapat menyebabkan kepanikan bagi anak Anda. Banyak anak yang hanya akan membisu, memberikan jawaban yang ingin Anda dengar, dan bukan jawaban yang sebenarnya. Jika anak terpaksa berbohong tentang identitasnya, ini malah akan menempatkan anak Anda di situasi yang sulit.
Apa yang sebaiknya saya lakukan jika anak saya memutuskan akan melela di sekolah atau kampusnya?
Perkembangan teknologi dan perkembangan informasi menyebabkan penerimaan LGBT di kalangan generasi mudah jauh lebih baik. Namun, ada baiknya membicarakan perihal tersebut kepada anak sebelum ia memutuskan melela di sekolah. Membicarakan niat anak Anda secara terbuka dapat menekan rasa khawatir yang muncul dari orangtua.
Membicarakan dengan anak dilakukan bukan dengan bentuk komunikasi “Niat anak VS kekhawatiran orangtua”, melainkan pembicaraan ini adalah sebuah pengalaman yang dirasakan bersama antara anak dan orangtua, sehingga keduanya saling mampu mengutarakan isi hatinya. Tidak ada yang bisa mengontrol apa yang akan anak Anda sampaikan kepada teman-temannya, walaupun Anda memiliki alasan yang kuat untuk melarang anak melela kepada teman-temannya di sekolah. Namun, Anda dapat menyampaikan cara melihat kejadian yang berbeda, menurut cara pandang Anda, sebelum anak Anda meneruskan keinginannya. Salah satu cara yang tepat membuka pembicaraan dengan anak adalah dengan menyampaikan, “Ibu (atau Ayah) memiliki kekhawatiran tentang niatmu melela di sekolah; dan ibu (atau Ayah) ingin menyampaikan kekhawatiran ini dengan kamu sebelum kamu melanjutkan niatmu. Ibu (atau Ayah) akan mendukung apapun keputusan kamu nanti.”
Dengan membuka percakapan seperti di atas, artinya, orangtua menyampaikan bahwa mereka memberikan dukungan kepada anak dan menghormati keinginan anak. Rasa hormat tersebut membuat anak lebih leluasa untuk membuka diri dan membicarakan langkah-langkah apa yang akan ditempuh nanti kepada orangtua.
Jika anak Anda sudah bersedia untuk membicarakan mengenai niatnya kepada orangtua, ada tiga hal yang bisa Anda tanyakan, yakni:
- Apakah ada sahabat dekat kamu yang sudah mengetahui? Bagaimana reaksi mereka? Apa pendapat kamu?
- Bagaimana menurutmu reaksi teman-teman di sekolah? Apa rencana kamu dalam menghadapi reaksi-reaksi tersebut?
- Bagaimana menurutmu reaksi pihak sekolah dan guru-guru? Bagaimana rencana kamu berhadapan dengan mereka?
- Penting juga untuk menanyakan alasan anak melela di sekolah. Kebanyakan anak merasa perlu melela di sekolah karena mereka lelah harus berbohong kepada teman-teman di sekolah.
Terima kasih Anda sudah membaca bagian Ketika Anak Melela. Di bawah ini adalah beberapa bagian lain yang bisa Anda baca jika membutukan informasi lebih lanjut:
No Responses to “Ketika Anak Melela”