• ABOUT
  • SHARE YOUR STORY
  • FAQ
  • MEDIA MENTIONS
  • MAKE A DONATION
  • PARENTS GUIDE

Logo

Gallery

Navigation
  • ABOUT
  • SHARE YOUR STORY
  • FAQ
  • MEDIA MENTIONS
  • MAKE A DONATION
  • PARENTS GUIDE

Jane Aileen Menyambung Cerita

By Melela.org | on May 11, 2019 | 1 Comment
Our Story

Masa kecil saya dihabiskan di kota Jember, Jawa Timur. Di kota kecil ini, sudah ada pengamen-pengamen transgender yang mencari nafkah dengan bernyanyi keliling kota. Saya kerap melihat mereka berjalan melintasi satu gang di daerah padat penduduk, atau bernyanyi di pinggir jalan, lalu mengetuk pintu rumah warga dengan harapan menghibur dan mendapatkan sedikit uang untuk menyambung hidup.

Tidak jarang saya melihat mereka digoda oleh sekelompok anak-anak yang mengikuti langkah mereka, bertepuk tangan, menyorak-suarakan “Bencong… bencong…” tetapi para pengamen itu terus berjalan.

Kekerasan fisik dan intimidasi langsung yang kerap mereka lalui berawal dari pergunjingan yang dilandasi ketidaktahuan atau kesalahpahaman.

Penampilan para transgender ini selalu total; dengan tata rias yang maksimal dan tata rambut fenomenal untuk ukuran sebuah kota kecil. Saya kagum atas keberanian mereka mengekspresikan diri. Namun, saya juga kerap mendengar orang-orang dewasa menggunjingkan seniman atau seseorang lain yang gay.

Saya beberapa kali melihat dan mendengar pergunjingan ini terjadi, tetapi saya pun tidak melakukan apa-apa. Saat itu, saya melihat kegiatan menggunjingkan mereka yang dianggap aneh adalah hal yang biasa, sama seperti ketika saya melihat pengamen transgender dirundung oleh anak-anak kecil. Padahal, kekerasan fisik dan intimidasi langsung yang kerap mereka lalui berawal dari pergunjingan yang dilandasi ketidaktahuan atau kesalahpahaman. Andai saya bisa membalik waktu, saya tidak akan tinggal diam melihat pengamen transgender disoraki anak-anak kecil.

***

Ketika saya pindah ke Jakarta, berhasil menamatkan kuliah di jurusan hukum, dan mulai magang di suatu organisasi sosial, saya dipertemukan dengan seorang transgender pada sebuah acara. Salah satu perwakilan dari yayasan tersebut diminta menceritakan kisah hidupnya kepada para undangan.

Ia mengeluarkan selembar kertas berisi pengalaman hidupnya yang akan ia bacakan. Namun, baru di kalimat-kalimat awal, ia terhenti karena tidak sanggup. Suaranya mulai bergetar. Kami pun menyaksikan bahwa–bagi sebagian orang–menceritakan kisah hidupnya saja artinya membuka kembali sebuah trauma mendalam.

Ia kemudian mengatakan tidak sanggup meneruskan membacakan kisah hidupnya. Saat itu, panitia meminta kesediaan saya untuk membantu membacakan kisah hidup mbak tersebut. Lalu saya memulai membacakan kisahnya…

Ia sedari kecil sudah feminin, tetapi ayahnya malah menyiksanya, memarahinya, bahkan berulangkali memukulnya karena ia berbeda dari anak-anak laki lain di lingkungannya.

Di usia SMP, ia diusir dari rumah karena tidak bisa berubah seperti keinginan orangtuanya. Kemudian, ia tinggal di rumah sepupunya, tetapi diperlakukan seperti pekerja rumah tangga. Ketika lulus SMP ia harus mencari biaya sendiri untuk meneruskan ke tingkat SMA. Di usia itulah ia terpaksa bekerja sebagai pekerja seks untuk bisa membayar uang sekolah.

Kami pun menyaksikan bahwa–bagi sebagian orang–menceritakan kisah hidupnya saja artinya membuka kembali sebuah trauma mendalam.

Saya tidak bisa membayangkan hal ini bisa terjadi kepada seorang manusia di jaman sekarang. Apa jadinya jika seseorang harus tinggal, hidup, dan menghadapi orang yang membenci dirinya setiap hari? Apa rasanya jika orang yang kerap menyiksa kita adalah orangtua kita sendiri? Seberapa sakitnya harus melayani pria-pria yang tidak ia cintai untuk bisa mendapatkan uang sekolah? Sejak itu satu kalimat muncul di pikiran saya: transgender yang selama ini jadi bahan olokan atau sorakan, mereka juga manusia yang punya perasaan seperti manusia lainnya.

Membaca kisahnya membuka mata saya akan ketidakadilan yang terjadi hanya karena sekelompok manusia merasa takut, tidak nyaman, dan menolak untuk mengerti tentang mereka yang berbeda. Andai saja ia memiliki pertolongan saat itu. Andai saja ia tidak harus melewati ini semua sendirian.

***

Teman-teman LGBT di mana pun kalian berada. Saya menyadari bahwa di saat-saat sulit hidup kalian, mencari sahabat adalah langkah yang bijak. Bahkan, akan lebih baik jika kalian mulai membangun kelompok dukungan kalian sebelum saat-saat sulit datang menghampiri. Kelompok dukungan ini bisa datang dari mana saja, tidak harus keluarga kandung. Mereka yang bisa menerima kalian apa adanya, memberikan harapan, bantuan, dan kasih sayang adalah keluarga baru kalian.

Apa rasanya jika orang yang kerap menyiksa kita adalah orangtua kita sendiri?

Jika kalian merasa sulit menemukan sahabat, ada organisasi-organisasi yang bisa dimintai pertolongan saat kalian membutuhkan. Organisasi ini bisa berbentuk komunitas, lembaga psikolog atau lembaga bantuan hukum. Cobalah mencari informasi mengenai mereka dengan harapan kalian bisa dihubungkan dengan orang-orang yang siap membantu permasalahan yang dialami. Salah satunya adalah Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang memiliki lima belas kantor di Indonesia. Selain bisa membantu masalah hukum, mereka bisa membantu menghubungkan teman-teman kepada komunitas yang akan lebih tepat membantu.

Untuk teman-teman non-LGBT, semoga kalian berkesempatan mendapatkan teman LGBT yang membuka wawasan baru. Sungguh membuka hati dan pikiran kita setelah mendengar kisah hidup dan pengalaman teman-teman LGBT. Bertanya dengan sopan akan jauh lebih membahagiakan teman LGBT dan kita sendiri dibanding menghakimi atau merisak sebelum memahami.

***

Jane Aileen Tedjaseputra lahir di Jember, tahun 1987. Wanita berzodiak Leo ini menamatkan pendidikan sarjana di Universitas Atma Jaya Jakarta jurusan hukum pada 2009 dan pada 2014, Jane–begitu ia akrab disapa–mendapatkan penghargaan beasiswa Chevening dari pemerintah Inggris untuk meneruskan pendidikan pascasarjananya di University of Essex jurusan Hukum HAM dan Humaniter Internasional. Ia adalah penggemar Star Wars dan ia mengisi waktu luangnya dengan menonton Game of Thrones. Sapa Jane melalui akun Twitter @Janeaileen

BE A HERO, PARTICIPATE! Anda dapat berbagi pengalaman terkait dengan komunitas LGBT Indonesia. Kirimkan cerita Anda ke contact@melela.org dan temukan langkah-langkah pengiriman kisah di menu Share Your Story yang terdapat di bagian atas halaman ini. Kisah Anda akan menjadi bukti nyata akan masyarakat Indonesia yang inklusif dan berpikiran terbuka.

BUTUH BANTUAN? Jika Anda orangtua yang ingin memahami anak Anda, kunjungi halaman Parents Guide yang terletak di menu navigasi di bagian atas halaman ini. Halaman Parents Guide menyediakan informasi yang menjawab pertanyaan-pertanyaan orangtua, seperti “Bagaimana membuka dialog pertama setelah anak melela?” dan masih banyak lagi.

Share this story:
  • tweet

Recent Posts

  • Ichwan Thoha Sempat Berpikir Bunuh Diri

    August 10, 2024 - 0 Comment
  • Strategi Pertemanan Arifaldi Dasril

    July 4, 2024 - 0 Comment
  • Angela Ienes Mandiri Sejak Kecil

    December 7, 2023 - 2 Comments

Author Description

Melela.org memberikan wadah pada insan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) dan non-LGBT untuk berbagi cerita, sekaligus meningkatkan pemahaman masyarakat akan kelompok minoritas LGBT di Indonesia. Melela.org juga memiliki laman panduan orangtua yang menjawab pertanyaan awal ketika mengetahui anaknya berbeda. Halaman PARENTS GUIDE dapat ditemuka di beranda melela.org.

One Response to “Jane Aileen Menyambung Cerita”

  1. July 9, 2020

    Alexferry Reply

    Proviciat , sukses selalu dan terus menginspirasi orang untuk lebih baik, salute untuk sis Jane

Leave a Reply to Alexferry

Leave a Reply to Alexferry Cancel Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


*
*

  • Populer
  • Terbaru
  • Pujian
  • Pemahaman Seksualitas yang Tepat Banyak Membantu Dimas ketika Melela

    December 8, 2015 - 20 Comments
  • Goenawan Mohamad: Catatan Seorang Ayah

    November 22, 2013 - 15 Comments
  • Kisah Melela Budi, Perwakilan Indonesia di Mr. Gay World 2017

    May 2, 2017 - 13 Comments
  • Hendri Yulius tentang, “The Art of Failure”

    November 25, 2015 - 11 Comments
  • Dr. Ryu Hasan, Sp.BS Ingin Semua Manusia Bahagia Menjadi Diri Sendiri

    February 13, 2014 - 10 Comments
  • Kisah Khrisna Siddharta

    March 15, 2014 - 9 Comments
  • Nurjanah, “LGBT Menyelamatkan Pendidikanku”

    February 4, 2016 - 6 Comments
  • Kunci Kebahagiaan dalam Hidup Tegar Ramadan

    January 2, 2016 - 4 Comments
  • Mudahnya Kejujuran À La Paramita Mohamad

    November 15, 2013 - 3 Comments
  • Langkah Wisesa Mengejar Mimpi

    March 1, 2015 - 3 Comments
  • Ichwan Thoha Sempat Berpikir Bunuh Diri

    August 10, 2024 - 0 Comment
  • Strategi Pertemanan Arifaldi Dasril

    July 4, 2024 - 0 Comment
  • Angela Ienes Mandiri Sejak Kecil

    December 7, 2023 - 2 Comments
  • Kisah Cinta Pertama Denny dan Memaafkan Keluarga

    October 30, 2023 - 0 Comment
  • Memahami Gender

    August 3, 2023 - 0 Comment
  • Masa Depan Anak

    August 3, 2023 - 0 Comment
  • Menyikapi Kehidupan Pribadi Anak

    August 3, 2023 - 0 Comment
  • Reaksi Pertama Orangtua

    August 3, 2023 - 0 Comment
  • Ketika Anak Melela

    August 3, 2023 - 0 Comment
  • Membicarakan Anak Anda kepada Orang Lain

    June 21, 2023 - 0 Comment
  • Angela Ienes Mandiri Sejak Kecil

    Saya minta tolong perbanyak kisah dari sudut pandang...
    February 26, 2024 - L
  • Angela Ienes Mandiri Sejak Kecil

    Mamii orang yang strong dan penuh kebaikan miss u mami
    December 7, 2023 - Jia
  • ABOUT

    […] website Melela.org, kata melela digunakan penulis Pramoedya...
    October 11, 2023 - [Artikel] Mengenal Istilah Melela, Berbeda dari Coming Out? - SuaraKita
  • Mudahnya Kejujuran À La Paramita Mohamad

    Kami juga senang kisah yang kami terbitkan membuat Janis senang...
    August 4, 2023 - Melela.org
  • Mudahnya Kejujuran À La Paramita Mohamad

    saya rasa GM akan lebih bahagia jika punya cucu, lalu meninang-nimang...
    August 23, 2021 - kawe

Archives

Artikel Populer

  • Pemahaman Seksualitas yang Tepat Banyak Membantu Dimas ketika Melela

    December 8, 2015 - 20 Comments
  • Goenawan Mohamad: Catatan Seorang Ayah

    November 22, 2013 - 15 Comments
  • Kisah Melela Budi, Perwakilan Indonesia di Mr. Gay World 2017

    May 2, 2017 - 13 Comments
  • Hendri Yulius tentang, “The Art of Failure”

    November 25, 2015 - 11 Comments
  • Dr. Ryu Hasan, Sp.BS Ingin Semua Manusia Bahagia Menjadi Diri Sendiri

    February 13, 2014 - 10 Comments

Kisah Terbaru

  • Ichwan Thoha Sempat Berpikir Bunuh Diri August 10, 2024
  • Strategi Pertemanan Arifaldi Dasril July 4, 2024
  • Angela Ienes Mandiri Sejak Kecil December 7, 2023
  • Kisah Cinta Pertama Denny dan Memaafkan Keluarga October 30, 2023
  • Memahami Gender August 3, 2023

Archives

MAKE A DONATION

Dukungan Anda penting untuk memastikan kelangsungan berjalannya situs melela.org. Semakin bertambahnya cerita yang dikirimkan dan dimuat dalam melela.org, semakin besar pula biaya yang dibutuhkan untuk memastikan website ini tetap dapat diakses. Melela.org bergantung pada donasi yang diberikan pihak pribadi maupun institusi.

Berikan donasi Anda hari ini.

  • Home
  • ABOUT
  • ACUAN PARTISIPASI
  • FAQ
  • MAKE A DONATION
  • MEDIA MENTIONS
  • PARENTS GUIDE
  • SHARE YOUR STORY
© 2012. All Rights Reserved.