Saya sudah terbiasa hidup berdampingan dengan komunitas LGBT sedari kecil. Jadi, ketika beranjak dewasa, saya suda tidak merasa risih atau tidak memandang mereka sebagai fenomena yang aneh. Mereka hanyalah variasi dari kenormalan manusia. Semenjak masih SD, saya sudah biasa melihat mereka datang ke rumah, menata rambut ibu dan membuatkan pakaian atau kain batik. Saya besar di kota Solo, dan komunitas mereka cukup banyak. Apalagi Solo kota kecil, jadi, saya sering bertemu mereka.
Dari kenangan melihat mereka, saya secara tidak langsung sudah diperkenalkan dengan komunitas gay dan transgender yang hidup rukun bersama golongan lainnya. Saya melihat bagaimana mereka memberikan kontribusi terhadap hidup ibu saya dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan mereka.
Ketika beranjak dewasa, saya suda tidak merasa risih atau tidak memandang mereka sebagai fenomena yang aneh.
Salah satu dari mereka, setiap datang ke rumah mengenakan baju laki-laki dan berpenampilan seperti biasa. Tetapi kalau akhir minggu ia berubah mengenakan pakaian perempuan. Saya pernah melihat transformasinya. Saya tidak masalah dengan ini karena saya bisa melihat kebahagiaan di matanya. Itu yang paling penting.
Sewaktu remaja, teman-teman saya kebanyakan adalah gay. Saya merasa nyaman dengan mereka. Apalagi, kebiasaan kami, jika ingin pergi jalan-jalan, biasanya pergi ke Jogja dengan mobil. Saya masih ingat, kami biasa pergi berdelapan, hanya dua orang yang perempuan dan sisanya gay. Mereka adalah pria-pria yang tampan dan sopan. Orangtua saya pun merasa nyaman melepas saya dengan mereka, karena ada yang bisa menjaga saya selama kami menghabiskan waktu di Jogja.
***
Persahabatan saya dengan mereka yang terlahir berbeda terus terjalin sampai hari ini. Di dunia pekerjaan, saya dipertemukan dengan para pria gay dari latar belakang yang begfitu beragam. Tidak semua gay memiliki sikap feminin, ada pula yang memiliki pembawaan begitu maskulin dan rupawan. Mereka tidak hanya pandai berpenampilan, tetapi juga mampu menunjukkan prestasi yang luar biasa di pekerjaannya. Menurut pengalaman saya, pria gay selalu memiliki kegigihan yang lebih dari rata-rata manusia biasa.
Saya dan teman-teman gay saya sering pergi travelling bersama. Bahkan, kami sudah punya grup diving sendiri. Hidup bersama mereka selalu menyenangkan. Suami saya tidak perlu merasa terancam dan bisa merasa aman karena mereka akan menjaga saya. Mereka menjadi teman-teman suami saya juga.
Saya melihat bagaimana mereka memberikan kontribusi terhadap hidup ibu saya dan orang-orang yang membutuhkan pertolongan mereka.
Saya rasa, pria-pria gay memiliki insting yang luar biasa menyoal pemahaman mereka tentang wanita. Mereka bisa memperlakukan kami dengan baik. Misalnya, saya selalu merasa terbantu ketika curhat dengan mereka. Sebagai wanita, jika saya curhat dengan wanita lain, saya selalu mendapatkan pembelaan dan pembenaran. Di satu sisi, itu yang saya inginkan, tetapi di sisi lain, bukan itu yang selalu saya butuhkan. Curhat dengan pria gay, saya selalu terbantu dengan naluri mereka sebagai pria yang bisa melihat permasalahan dengan masuk akal, tidal terlalu terbawa perasaan. Mereka bisa memahami apa yang saya butuhkan tanpa harus terlahir menjadi wanita. Mereka luar biasa.
Dalam peran saya sebagai seorang ibu, mereka pun banyak membantu saya. Saya adalah seorang ibu yang bekerja. Kesibukan saya begitu padat dari hari Senin sampai Sabtu. Jika hari Minggu, inginnya saya tidak capek lagi. Kalau bisa, hanya ingin leyeh-leyeh di rumah sambil nonton DVD. Tetapi anak saya juga perlu hiburan. Untung ada teman-teman saya. Mereka biasanya membelikan tiket konser untuk saya dan anak saya, sehingga kami bisa pergi bersama. Ini sangat membantu saya, karena, kalau saya sendiri, mungkin saya tidak akan kepikiran untuk membeli tiket di tengah kesibukan saya yang padat. Di samping nonton konser, saya dan anak-anak saya pun suka pergi bersama mereka untuk sekadar makan mencoba restoran baru. Hidup saya sangat terbantu karena keberadaan mereka.
***
Nonita Respati menyelesaikan pendidikan Hubungan Internasional di Universitas Parahyangan, Bandung. Ia sempat menjadi penyiar radio di U FM Jakarta dan menjadi tim editorial di beberapa majalah mode dan gaya hidup, seperti Esquire dan Majalah Dewi. Kini, ia sedang membangun bisnis pakaian bernana Purana yang mengolah teknik batik. Sapa Nonita melalui akun twitter @Nonitarespati.
BE A HERO, PARTICIPATE! Anda dapat berbagi pengalaman terkait dengan komunitas LGBT Indonesia. Baca langkah-langkah pengiriman kisah di menu Share Your Story. Kisah Anda akan menjadi bukti nyata akan masyarakat Indonesia yang inklusif dan berpikiran terbuka.
2 Responses to “Nonita Sudah Terbiasa Sedari Kecil”
August 13, 2015
technologyThis post has really made a difference within my life. Thank you for the help.
January 29, 2016
Toby B.Horeeee Mbak Non